Kakak
beradik ini punya ketertarikan di bidang yang sama. Yuanita Christiani
dan Devita Christiani sama-sama terjun di dunia entertain sebagai
presenter. Mereka pun secara bersama-sama pula memulai kariernya. Walau
punya profesi yang sama, mereka tidak saling menaruh iri bila salah satu
dari mereka lebih sukses
Yuanita dan Devita mengawali
karier pada 2004. Mereka bersama-sama mengikuti casting sebuah iklan.
Pertama mencoba, mereka pun mengalami penolakan. “Kami iseng-iseng mau
tahu casting iklan seperti apa. Ternyata di tempat casting ada banyak
agensi artis. Mereka nawarin kami casting, tetapi kami juga enggak
langsung diterima,” cerita Yuanita.
Meski ditolak, kakak beradik
yang usianya terpaut dua tahun ini terus berusaha. Akhirnya mereka pun
mendapat kesempatan menjadi bintang iklan. Namun begitu di tengah jalan,
Devita, memutuskan untuk rehat karena ingin fokus menyelesaikan kuliah.
Sementera Yuanita yang waktu itu duduk di kelas 2 SMA memutuskan untuk
meneruskan kariernya di dunia entertain. Berkat ketekunannya, karier
Yuanita pun makin bersinar. Namanya kini makin dikenal di jagat hiburan
Tanah Air.
Tak lama, Devita pun menyusul Yuanita. Setelah
menyelesaikan kuliahnya, tepatnya pada 2006, Devita kembali meneruskan
kariernya di dunia entertain. Tetapi ia tidak lagi terjun menjadi
bintang iklan, melainkan presenter. “Aku dapat info dari Yuanita, ada
acara otomotif di Global TV yang butuh presenter. Aku iseng-iseng coba.
Ternyata aku terpilih.”
Rupanya Devita tidak hanya gape memandu
acara, ia juga jago dalam bermusik. Belakangan ini ia tengah menekuni
dunia musik. Sebetulnya sejak kecil ia sudah memiliki ketertarikan
dengan musik. “Aku background-nya dari musik. Aku pernah kursus electone
dan menyanyi,” ujar perempuan yang pernah menjadi guru musik ini.
Keseriusan
Devita di dunia musik bisa dibilang tak tanggung-tanggung. Baru-baru
ini ia sibuk rekaman single solo perdananya. Single tersebut diciptakan
dan diproduseri oleh Devita. Itu artinya, dalam waktu dekat, Devita
tidak hanya akan dikenal sebagai presenter, tetapi juga sebagai
penyanyi. “Kalau dikasih kesempatan lebih banyak untuk terjun di dunia
tarik suara, aku mungkin akan lebih memilih dunia tarik suara.
Passion-ku memang di nyanyi.”
DIEM-DIEMAN
Walau
sama-sama berprofesi sebagai presenter, Devita dan Yuanita tidak saling
bersaing. Mereka juga tidak saling iri bila salah satu dari mereka
lebih sukses. Malahan mereka saling mendukung. “Kami saling mendukung
seratus persen. Kalau ngerasa iri, ya enggak perlu iri-lah. Kesuksesan
dia kebanggaan buat aku. Malah kalau aku sukses, aku ingin menularkan
keberuntungan yang sama ke saudaraku,” tandas Yuanita.
Mereka
tak hanya saling mendukung, tetapi juga kompak. “Kami kompak banget dari
kecil. Karena jarak usia kami dekat banget. Bahkan sekeluarga juga
kompak.” Tak dipungkiri walau saling mendukung dan kompak, mereka tidak
bisa menghindar dari pertengkaran. Kalau sudah bertengkar, mereka tidak
akan saling tegur. “Tapi biasanya kami diem-diemannya cuma beberapa
jam,” beber Yuanita.
KEJUTAN DARI TUHAN
Peran
Tuhan tak bisa lepas dari kehidupan Devita dan Yuanita. Dalam karier,
Tuhan kerap memperlihatkan mukjizat-Nya kepada mereka. Yuanita merasakan
betul mukjizat Tuhan pada saat ia terlibat dalam acara Dancing with The
Star (DWTS) yang tayang di Indosiar. “Dari episode pertama sampai
kesepuluh, Tuhan ngasih aku kejutan-kejutan.”
Di acara itu,
bersama Wawan, seorang penari profesional, Yuanita menarikan tarian
internasional. Padahal Yuanita bukanlah seorang penari. Karena bukan
seorang penari, Yuanita pun kerap mengalami kesulitan. Pada episode
pertama, ia tidak bisa tampil lantaran cidera otot. “Aku cidera otot,
sakit banget sampai enggak bisa nafas. Padahal aku harus tampil.”
Yuanita berpikir dirinya akan dieleminasi bila tidak tampil. Dugaan
Yuanita meleset, ia tidak dieleminasi.
Di episode berikutnya,
Yuanita mengalami kendala. Ia mendapat tarian yang sulit. “Aku sama
sekali enggak bisa menguasai tempo dengan baik. Aku selalu telat
menarinya. Aku sampai nangis. Aku bilang ke Wawan: aku capek, enggak
sanggup, aku mau keluar dari acara.” Pada saat gladi bersih pun Yuanita
tetap tidak bisa menarikan tarian tersebut. “Aku yang paling kacau dari
semua peserta. Aku lihat saat gladi bersih, pelatihku keluar ruangan.
Dia enggak mau lihat aku menari. Aku sakit hati banget.”
Akhirnya
sebelum tampil, Yuanita berdoa bersama Wawan. “Aku minta ke Tuhan
ketenangan. Aku minta Tuhan membuat aku dan Wawan menikmati apa yang
kami tarikan. Aku enggak peduli nilainya. Aku enggak peduli orang akan
berpikir apa. Aku mau mempersembahkan tarianku untuk Tuhan.”
Pada
saat tampil, tiba-tiba sekujur tubuh Yuanita terasa hangat. Padahal
udara di studio sangat dingin.“Aku seperti dapat selimut hangat. Pada
saat menari badanku terasa hangat. Dan, semua step-step tarian itu
muncul di kepalaku. Semua gerakanku pasti. Tuhan Yesus luar biasa.”
Begitu selesai menari, di luar dugaan Yuanita mendapat nilai sempurna
dari salah seorang juri.
Mukjizat yang sama terulang kembali
pada episode berikutnya. Akhirnya Yuanita dan Wawan berhasil meraih
juara II. “Aku sampai bilang ke pemirsa: aku bisa karena Tuhan Yesus.
Terima kasih Tuhan Yesus. Ya, aku ngomong seperti itu karena ingin
menjadi saksi. Sekarang aku bisa menari layaknya penari profesional
dalam waktu tiga bulan. Aku sama sekali enggak nyangka,” imbuhnya,
senang.
Sementara itu Devita pernah mengalami mukjizat Tuhan
saat berkompetisi bermain musik electone. Sudah berkali-kali latihan, ia
belum juga lancar memainkan lagu yang akan dimainkannya saat lomba.
“Sehari sebelum lomba aku belum juga hapal. Padahal aku sudah latihan
maksimal. Aku stres banget. Aku berdoa.”
Sebelum tampil Devita menyempatkan berdoa. Anehnya, saat tampil entah
mengapa tiba-tiba ia bisa memainkan lagu tersebut dengan lancar.
“Jariku enggak ada beban, dan semua yang kupelajari selama latihan, bisa
kumainkan. Jari-jariku itu seperti jalan sendiri, punya otak sendiri.”
Tak diduga, Devita ternyata berhasil meraih juara pertama.
TIDAK BERMUKA DUA
Kesuksesan
Devita dan Yuanita selain karena Tuhan, tentunya juga tak lepas dari
dukungan orangtua. Kedua orangtua mereka tidak lelah mencurahkan
perhatian kepada anak-anaknya. “Orangtua kami selalu berpesan kepada
anak-anaknya: kami hanya bisa melihat kalian sejauh 10 meter. Tetapi
ingat, mata Tuhan bisa melihat kalian. Kami pun dinasihati seperti itu
jadi ingat Tuhan dan sadar diri,” sahut Yuanita.
Orangtua mereka
juga selalu mengajarkan anak-anaknya untuk terbuka. Karena didikan
tersebut, setiap ingin mengambil sebuah keputusan, Devita dan Yuanita
selalu melibatkan orangtua. Misalnya saja, ketika mendapat tawaran
pekerjaan. Sebelum memutuskan untuk menerima pekerjaan itu, Devita dan
Yuanita selalu berkonsultasi terlebih dulu kepada keluarga.
Begitu
pun dalam menghadapi berbagai masalah, Devita dan Yuanita selalu
berkonsultasi kepada keluarga. Mereka mengaku lebih nyaman curhat kepada
keluarga ketimbang teman. “Kalau keluarga tahu buruk-buruknya kita.
Mereka tulus, tidak bermuka dua. Kalau curhat ke teman, kita enggak tahu
kedalaman hati teman. Kita enggak tahu dia suka kita atau tidak,”
tandas presenter Take Me Out ini.
SULIT CARI SEPATU
Walau
kini telah sukses merambah dunia entertain, Devita dan Yuanita masih
menyimpan banyak mimpi. Yuanita ingin kelak dirinya bisa memiliki sebuah
stasiun radio. Ia juga ingin punya program acara sendiri yang bisa
menginspirasi orang lain. “Aku berharap karierku akan terus menanjak dan
makin dicintai masyarakat,” tambahnya.
Sementara Devita ingin
karya musiknya bisa diterima oleh masyarakat golongan apa pun. Ia juga
ingin memiliki perusahaan interior design dan show room. Devita memang
suka sekali mendesign ruangan atau pun barang. “Sekarang ini aku sedang
merintis bisnis perhiasan perempuan,” ujar lulusan S1 Design Interior
Universitas Tarumanagara.
Rupanya ada sebuah mimpi Devita dan
Yuanita yang sama. Kecintaan mereka pada sepatu ternyata membuat mereka
ingin punya toko sepatu. “Kalau aku, selain suka sepatu, aku juga
kesulitan nyari sepatu. Sebab ukuran kakiku 35. Jadi harus buat sendiri.
Ha-ha-ha…” kata Devita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar