SELAMAT DATANG DI NaL-D' BLOG,,jangan lupa komentar,share,vote & jempolnya!!!

Selasa, 17 April 2012

Yuanita Christiani & Devita Christiani - Saling Dukung, Saling Kompak

Yuanita Christiani & Devita Christiani Kakak beradik ini punya ketertarikan di bidang yang sama. Yuanita Christiani dan Devita Christiani sama-sama terjun di dunia entertain sebagai presenter. Mereka pun secara bersama-sama pula memulai kariernya. Walau punya profesi yang sama, mereka tidak saling menaruh iri bila salah satu dari mereka lebih sukses


Yuanita dan Devita mengawali karier pada 2004. Mereka bersama-sama mengikuti casting sebuah iklan. Pertama mencoba, mereka pun mengalami penolakan. “Kami iseng-iseng mau tahu casting iklan seperti apa. Ternyata di tempat casting ada banyak agensi artis. Mereka nawarin kami casting, tetapi kami juga enggak langsung diterima,” cerita Yuanita.

Meski ditolak, kakak beradik yang usianya terpaut dua tahun ini terus berusaha. Akhirnya mereka pun mendapat kesempatan menjadi bintang iklan. Namun begitu di tengah jalan, Devita, memutuskan untuk rehat karena ingin fokus menyelesaikan kuliah. Sementera Yuanita yang waktu itu duduk di kelas 2 SMA memutuskan untuk meneruskan kariernya di dunia entertain. Berkat ketekunannya, karier Yuanita pun makin bersinar. Namanya kini makin dikenal di jagat hiburan Tanah Air.

Tak lama, Devita pun menyusul Yuanita. Setelah menyelesaikan kuliahnya, tepatnya pada 2006, Devita kembali meneruskan kariernya di dunia entertain. Tetapi ia tidak lagi terjun menjadi bintang iklan, melainkan presenter. “Aku dapat info dari Yuanita, ada acara otomotif di Global TV yang butuh presenter. Aku iseng-iseng coba. Ternyata aku terpilih.”

Rupanya Devita tidak hanya gape memandu acara, ia juga jago dalam bermusik. Belakangan ini ia tengah menekuni dunia musik. Sebetulnya sejak kecil ia sudah memiliki ketertarikan dengan musik. “Aku background-nya dari musik. Aku pernah kursus electone dan menyanyi,” ujar perempuan yang pernah menjadi guru musik ini.

Keseriusan Devita di dunia musik bisa dibilang tak tanggung-tanggung. Baru-baru ini ia sibuk rekaman single solo perdananya. Single tersebut diciptakan dan diproduseri oleh Devita. Itu artinya, dalam waktu dekat, Devita tidak hanya akan dikenal sebagai presenter, tetapi juga sebagai penyanyi. “Kalau dikasih kesempatan lebih banyak untuk terjun di dunia tarik suara, aku mungkin akan lebih memilih dunia tarik suara. Passion-ku memang di nyanyi.”

DIEM-DIEMAN
Walau sama-sama berprofesi sebagai presenter, Devita dan Yuanita tidak saling bersaing. Mereka juga tidak saling iri bila salah satu dari mereka lebih sukses. Malahan mereka saling mendukung. “Kami saling mendukung seratus persen. Kalau ngerasa iri, ya enggak perlu iri-lah. Kesuksesan dia kebanggaan buat aku. Malah kalau aku sukses, aku ingin menularkan keberuntungan yang sama ke saudaraku,” tandas Yuanita.

Mereka tak hanya saling mendukung, tetapi juga kompak. “Kami kompak banget dari kecil. Karena jarak usia kami dekat banget. Bahkan sekeluarga juga kompak.” Tak dipungkiri walau saling mendukung dan kompak, mereka tidak bisa menghindar dari pertengkaran. Kalau sudah bertengkar, mereka tidak akan saling tegur. “Tapi biasanya kami diem-diemannya cuma beberapa jam,” beber Yuanita.

KEJUTAN DARI TUHAN
Peran Tuhan tak bisa lepas dari kehidupan Devita dan Yuanita. Dalam karier, Tuhan kerap memperlihatkan mukjizat-Nya kepada mereka. Yuanita merasakan betul mukjizat Tuhan pada saat ia terlibat dalam acara Dancing with The Star (DWTS) yang tayang di Indosiar. “Dari episode pertama sampai kesepuluh, Tuhan ngasih aku kejutan-kejutan.”

Di acara itu, bersama Wawan, seorang penari profesional, Yuanita menarikan tarian internasional. Padahal Yuanita bukanlah seorang penari. Karena bukan seorang penari, Yuanita pun kerap mengalami kesulitan. Pada episode pertama, ia tidak bisa tampil lantaran cidera otot. “Aku cidera otot, sakit banget sampai enggak bisa nafas. Padahal aku harus tampil.” Yuanita berpikir dirinya akan dieleminasi bila tidak tampil. Dugaan Yuanita meleset, ia tidak dieleminasi.

Di episode berikutnya, Yuanita mengalami kendala. Ia mendapat tarian yang sulit. “Aku sama sekali enggak bisa menguasai tempo dengan baik. Aku selalu telat menarinya. Aku sampai nangis. Aku bilang ke Wawan: aku capek, enggak sanggup, aku mau keluar dari acara.” Pada saat gladi bersih pun Yuanita tetap tidak bisa menarikan tarian tersebut. “Aku yang paling kacau dari semua peserta. Aku lihat saat gladi bersih, pelatihku keluar ruangan. Dia enggak mau lihat aku menari. Aku sakit hati banget.”

Akhirnya sebelum tampil, Yuanita berdoa bersama Wawan. “Aku minta ke Tuhan ketenangan. Aku minta Tuhan membuat aku dan Wawan menikmati apa yang kami tarikan. Aku enggak peduli nilainya. Aku enggak peduli orang akan berpikir apa. Aku mau mempersembahkan tarianku untuk Tuhan.”

Pada saat tampil, tiba-tiba sekujur tubuh Yuanita terasa hangat. Padahal udara di studio sangat dingin.“Aku seperti dapat selimut hangat. Pada saat menari badanku terasa hangat. Dan, semua step-step tarian itu muncul di kepalaku. Semua gerakanku pasti. Tuhan Yesus luar biasa.” Begitu selesai menari, di luar dugaan Yuanita mendapat nilai sempurna dari salah seorang juri.

Mukjizat yang sama terulang kembali pada episode berikutnya. Akhirnya Yuanita dan Wawan berhasil meraih juara II. “Aku sampai bilang ke pemirsa: aku bisa karena Tuhan Yesus. Terima kasih Tuhan Yesus. Ya, aku ngomong seperti itu karena ingin menjadi saksi. Sekarang aku bisa menari layaknya penari profesional dalam waktu tiga bulan. Aku sama sekali enggak nyangka,” imbuhnya, senang.

Sementara itu Devita pernah mengalami mukjizat Tuhan saat berkompetisi bermain musik electone. Sudah berkali-kali latihan, ia belum juga lancar memainkan lagu yang akan dimainkannya saat lomba. “Sehari sebelum lomba aku belum juga hapal. Padahal aku sudah latihan maksimal. Aku stres banget. Aku berdoa.”
Sebelum tampil Devita menyempatkan berdoa. Anehnya, saat tampil entah mengapa tiba-tiba ia bisa memainkan lagu tersebut dengan lancar. “Jariku enggak ada beban, dan semua yang kupelajari selama latihan, bisa kumainkan. Jari-jariku itu seperti jalan sendiri, punya otak sendiri.” Tak diduga, Devita ternyata berhasil meraih juara pertama.

TIDAK BERMUKA DUA
Kesuksesan Devita dan Yuanita selain karena Tuhan, tentunya juga tak lepas dari dukungan orangtua. Kedua orangtua mereka tidak lelah mencurahkan perhatian kepada anak-anaknya. “Orangtua kami selalu berpesan kepada anak-anaknya: kami hanya bisa melihat kalian sejauh 10 meter. Tetapi ingat, mata Tuhan bisa melihat kalian. Kami pun dinasihati seperti itu jadi ingat Tuhan dan sadar diri,” sahut Yuanita.

Orangtua mereka juga selalu mengajarkan anak-anaknya untuk terbuka. Karena didikan tersebut, setiap ingin mengambil sebuah keputusan, Devita dan Yuanita selalu melibatkan orangtua. Misalnya saja, ketika mendapat tawaran pekerjaan. Sebelum memutuskan untuk menerima pekerjaan itu, Devita dan Yuanita selalu berkonsultasi terlebih dulu kepada keluarga.

Begitu pun dalam menghadapi berbagai masalah, Devita dan Yuanita selalu berkonsultasi kepada keluarga. Mereka mengaku lebih nyaman curhat kepada keluarga ketimbang teman. “Kalau keluarga tahu buruk-buruknya kita. Mereka tulus, tidak bermuka dua. Kalau curhat ke teman, kita enggak tahu kedalaman hati teman. Kita enggak tahu dia suka kita atau tidak,” tandas presenter Take Me Out ini.

SULIT CARI SEPATU

Walau kini telah sukses merambah dunia entertain, Devita dan Yuanita masih menyimpan banyak mimpi. Yuanita ingin kelak dirinya bisa memiliki sebuah stasiun radio. Ia juga ingin punya program acara sendiri yang bisa menginspirasi orang lain. “Aku berharap karierku akan terus menanjak dan makin dicintai masyarakat,” tambahnya.

Sementara Devita ingin karya musiknya bisa diterima oleh masyarakat golongan apa pun. Ia juga ingin memiliki perusahaan interior design dan show room. Devita memang suka sekali mendesign ruangan atau pun barang. “Sekarang ini aku sedang merintis bisnis perhiasan perempuan,” ujar lulusan S1 Design Interior Universitas Tarumanagara.

Rupanya ada sebuah mimpi Devita dan Yuanita yang sama. Kecintaan mereka pada sepatu ternyata membuat mereka ingin punya toko sepatu. “Kalau aku, selain suka sepatu, aku juga kesulitan nyari sepatu. Sebab ukuran kakiku 35. Jadi harus buat sendiri. Ha-ha-ha…” kata Devita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar